Dalam melakukan pembelajaran selalu saja kita menemukan kelemahan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaiannya. Sebaik apapun kita mengajar, selalu memiliki kelemahan di sana-sini. Tentu saja dengan seiringnya pengalaman yang kita miliki, hendaknya semakin sedikit kelemahan yang kita lakukan. Kita tidak ingin melakukan kesalahan serupa pada pembelajaran berikutnya.
Tanpa adanya refleksi, tidak mudah bagi kita untuk mengetahui bagian-bagian atau aspek-aspek mana dari pembelajaran yang kita lakukan masih salah atau lemah. Kadangkala kita menganggap atau bahkan meyakini bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini kita anggap sebagai ritual yang harus dilakukan. Sebuah pakem yang harus diikuti, sehingga tidak perlu dianalisis dan dikritisi. Seiring dnegan meningkatnya pemahaman kita akan hakikat asesmen pembelajaran, kita menjadi semakin terbuka untuk menerima kritik, baik kritik dari diri sendiri maupun kritik dari orang lain. Kita semakin terbuak untuk melakukan inovasi pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran yang kita lakukan. Dalam hal perbaikan pembelajaran inilah, refleksi mempunyai arti penting strategis.
Refleksi sebagai aktivitas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran mempunyai rangkaian sub aktivitas. Refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran dimulai dari analisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar siswa , evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah kita lakukan, identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan bersama pihak-pihak terkait, merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar.
Sub-aktivitas tersebut disajikan dalam 4 submit, yaitu: submit 1: Kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar, submit 2: Evaluasi diri terhadap proses belajar, submit 3: Faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan, submit 4: optimalisasi proses dan hasil belajar.
Kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar
a. Pengertian
Dalam pelaksanaan pembelajaran, kita perlu melakukan asesmen untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, baik selama maupun setelah siswa mengikuti satuan pembelajaran tertentu. Untuk memahami pengertian proses belajar, dan keterkaitan antara proses dan hasil belajar, perlu diapahami dahulu perbedaan pengertian masing-masing istilah tersebut.
b. Keberhasilan proses belajar
Secara sederhana pengertian kebrhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa cukup aktif dalam pembelajaran, apakah siswa kita dapat bekerja sama dengan teman lain, apakah siswa memiliki keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya.
Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas merupakan keberhasilan proses belajar. Lazimnya, keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan oleh kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil asesemen kita terhadap kinerja siswa selama mengikuti pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan proses belajar siswa, kita dapat menggunakan cara, misalnya mengamati keaktifan siswa dalam bekerjasama, atau wawancara tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.
Sebagai guru, kita dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk keberhasilan proses belajar siswa. Tentu saja, kita perlu memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang, cukup , baik, sangat baik; atau kurang aktif, cukup aktif, aktif, sangat aktif adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana.
c. Keberhasilan Hasil Belajar
Di samping dari proses belajar, keberhasilan siswa juga dilihat dari hasil belajarnya. Keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat melakukan sesuatu, apakah siswa memiliki keterampilan atau kemahiran tertentu. Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas merupakan keberhasilan hasil belajar. Lazimnya, keberhasilan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan hasil belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu
1) domain kognitif (pengetahuan atau mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika),
2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional)
3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar. Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang keberhasilan siswa (komprehensif), penilaian dari satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Kita dapat mengkombinasikan berbagai cara atau berbagai aspek yang dinilai sebagaimana pada bagan berikut
4. Analisis Keberhasilan Belajar
Berdasarkan tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar) yang kita buat beserta kriterianya sekaligus, kita dapat menetapkan di tingkat mana siswa kita berada. Demikian pula, dengan menetapkan pada tingkat keberhasilan mana siswa kita dikatakan berhasil, maka kita dapat menetapkan berhasil tidaknya seorang siswa.
Misalnya kita tetapkan bahwa tingkat keberhasilan belajar siswa adalah: sangat kurang, kurang, cukup baik, baik, dan sangat baik. Kriteria yang kita tetapkan misalnya sebagai berikut.
Tingkat “sangat kurang” jika : skor hasil tes siswa <20,
Tingkat “kurang”, jika 20 < skor hasil tes siswa < 40,
Tingkat “cukup”, jika 40 < skor hasil tes siswa < 60,
Tingkat “baik”, jika 60 < skor hasil tes siswa < 80,
Tingkat “sangat baik”, jika skor hasil tes siswa >80,
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil belajarnya) jika skor hasil tes siswa tersebut berada pada tingkat baik. Siswa A dengan skor hasil belajar 65 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 55 tidak/belum berhasil.
Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya kita menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif. Dengan skor keaktifan 0-100, misalkan kita tetapkan kriteria sebagai berikut.
Tingkat kurang aktif, jika; skor keaktifan siswa < 35,
Tingkat cukup aktif, jika 35 < skor keaktifan < 70,
Tingkat aktif, jika skor keaktifan >70.
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil belajarnya) jika skor keaktifan siswa tersebut berada pada cukup aktif. Siswa C dengan skor keaktifan 40 adalah sisa yang berhasil dan siswa B dengan skor 30 tidak/belum berhasil.
Dari uraian di atas, perlu kita renungkan apakah siswa yang berhasil dari aspek proses belajarnya juga berhasil pada aspek hasil belajarnya. Bagaimana kalau misalnya terjadi sebaliknya, seorang siswa berhasil dalam proses belajar tetapi tidak berhasil pada aspek belajarnya. Atau, seorang siswa gagal pada proses belajarnya tetapi berhasil dalam proses hasil belajarnya. Misalkan kita ingin melakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar siswa. Misalkan kita menggunakan skor hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas sebagai hasil kenrja siswa (prose belajar). Kita gunakan skor hasil formatif dan skor hasil tugas-praktek untuk menentukan hasil belajar siswa. Kemudian kita menggabungkan kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan proses hasil belajar siswa.
Contoh hasil kinerjadan hasil belajar serta gabungan keduanya disajikan dalam tabel-tabel berikut ini.
Tabel 7.1. Skor Keaktifan Siswa di Kelas Selama Pembelajaran Topik “X” (Contoh)
no | nama | Skor keaktifan di kelas | Hasil penilaian |
1 | Wulan | 35 | Sangat aktif |
2 | Arifin | 30 | Aktif |
3 | Simon | 15 | Kurang aktif |
4 | Wayan | 18 | Cukup aktif |
5 | Tantri | 20 | Cukup aktif |
dst | ……… | ……….. | ………………. |
Keterangan:
Misalkan skor keaktifan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam :
a) mengerjakan tugas/LKS
b) mengajukan atau menjawab pertanyaan, dan
c) menyimak penjelasan guru atau teman.
Misalkan skor; 1 untuk keaktifan sangat kurang; 2. Kurang aktif; 3 cukup aktif; 4 untuk aktif dan 5 untuk sangat aktif. Karena pengamatan dilakukan setiap pertemuan dan ada 8 kali pertemuan, maka skor maksimal adalah 8 x 5 = 40, dan skor minimal adalah 8 x 1 = 8
Kriteria yang digunakan adalah:
“sangat baik” bila: 32 < skor keaktifan siswa ≤ 40
“aktif” bila: 24 < skor keaktifan siswa ≤ 32
“cukup aktif” bila: 16 < skor keaktifan siswa ≤ 24
“kurang aktif” bila: skor kekatifan siswa ≤ 16
Tabel 7.2. Skor Hasil tes Formatif Siswa pada Topik “X” (Contoh)
no | nama | Skor Hasil Tes Formatif | Hasil penilaian |
1 | Wulan | 90 | Sangat baik |
2 | Arifin | 75 | baik |
3 | Simon | 40 | kurang |
4 | Wayan | 60 | cukup |
5 | Tantri | 75 | baik |
dst | ……… | ……….. | ………………. |
Keterangan :
Misalkan skor hasil tes formatif di atas dimaksudkan sebagai hasil penguasaan siswa terhadap topik tertentu yang telah diajarkan oleh guru.
Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0. Kriteria yang digunakan adalah :
“sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
“baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
“cukup baik”, bila 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
“kurang baik”, bila 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
“sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
Tabel 7.3. Skor Hasil Tugas dan Praktek (Contoh)
no | nama | Skor Hasil tugas & Praktek | Hasil penilaian |
1 | Wulan | 90 | Sangat baik |
2 | Arifin | 75 | baik |
3 | Simon | 80 | cukup |
4 | Wayan | 75 | baik |
5 | Tantri | 85 | baik |
dst | ……… | ……….. | ………………. |
Keterangan :
Misalkan skor hasil tugas dan praktek di atas dimaksudkan sebagai hasil rata-rata dari skor pemenuhan tugas dan skor praktek.
Misalkan skor maksimalkan dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
Kriteria yang digunakan:
“sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
“baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
“cukup baik”, bila 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
“kurang baik”, bila 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
“sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
Tabel 7.4. Hasil Pengamatan terhadap Kinerja dan Hasil Belajar (gabungan)
no | nama | Skor keaktifan di kelas | Hasil penilaian | Skor Hasil Tes Formatif | Skor Hasil Tugas & Praktek | Hasil Penilaian |
1 | Wulan | 90 | Sangat baik | 90 | 90 | S. baik |
2 | Arifin | 75 | baik | 75 | 80 | Baik |
3 | Simon | 80 | cukup | 40 | 60 | Kurang |
4 | Wayan | 75 | baik | 60 | 75 | Cukup |
5 | Tantri | 85 | baik | 75 | 85 | Baik |
dst | ……… | ……….. | ………… | ………… | ………. | ……… |
Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang berhasil. Wayan cukup berhasil dari sisi proses dan hasil belajar. Tantri cukup berhasil dari sisi proses dan berhasil pada sisi hasil belajarnya. Simon kurang berhasil dari proses belajarnya, demikian pula hasil belajarnya.
Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan (interprestasi) yang masuk akal. Mungkinkah hasil belajar yang kurang dari Simon disebabkan oleh kurang aktifnya Simon selama mengikuti proses pembelajaran.
Kriteria yang kita tetapkan misalnya sebagai berikut.
BalasHapusTingkat “sangat kurang” jika : skor hasil tes siswa <20,
Tingkat “kurang”, jika 20 < skor hasil tes siswa < 40,
Tingkat “cukup”, jika 40 < skor hasil tes siswa < 60,
Tingkat “baik”, jika 60 < skor hasil tes siswa < 80,
Tingkat “sangat baik”, jika skor hasil tes siswa >80,
kriteria itu ada acuannya ga mbak?makasih